Jumat, 07 Mei 2010

DON QUIXOTE

(Sinopsis sebuah mega karya CERVANTES yang dikisahkan kembali oleh RONALD D.K STORER)



Alkisah seorang pria bangsawan Spanyol yang telah tak muda lagi. Ia memiliki hobi membaca. Seringkali, Ia membaca buku seharian penuh. Buku-buku yang Ia baca hanyalah buku-buku roman ksatria abad pertengahan. Hobinya pada membaca itu, menghantar Ia pada delusi menjadi seorang ksatria. Berbekal baju besi dan pedang tua warisan nenek moyangnya, Ia memulai perjalanan suci bersama kuda kurusnya 'Rosinante’ dan merasa sebagai seorang ksatria sejati. Ia bertekad mengembara demi membela kebenaran dan keadilan bagi mereka yang tertindas. Ia adalah DON QUIXOTE DE LA MANCHA.


Setelah melewati beberapa petualangan, sang ksatria mengajak tetangganya yang miskin, Sancho Panza, untuk menjadi pengawalnya. Bersama pengawal setianya itu, Don Quixote berpetualang melawan musuh-musuh imajinernya. Tak ada raksasa, penyihir, atau musuh yang nyata. Tak ada juga kastil megah, tuan pemilik kastil, atau pun Dulcinea of Toboso (wanita pujaan Don Quixote yang dalam imajinasinya adalah wanita terhormat dan cantik). Sang ksatria mengembara menemui pertarungan demi pertarungan konyol yang tak pernah disangka-sangka oleh Sancho Panza. Don Quixote kehilangan akal sehatnya. Ia adalah pria yang malang. Ia bertarung melawan kincir angin, domba-domba, merampas loyang kuningan milik pemotong rambut yang ia pikir adalah Helm Mambrino, dan menantang singa jinak persembahan untuk seorang raja. Petualangan yang secara kasat mata ‘tak ksatria’.


James Baldwin pernah berkata atas Don Quixote, ’We may laugh at his adventures, We may excuse his faults, and We may learn wisdom from his experience.’ Benar saja, entah disadari atau tidak, Cervantes melekatkan pesan moral secara ksatria pada karyanya ini. Ia berjarak dari kesan menggurui, alih-alih menghibur, dan ketidakwarasan tingkah laku sang tokoh pun tak mampu membuat pembaca rela mencibir padanya. Novel saku bergambar ini adalah ikhtiar peringkasan karya asli Cervantes. Dibanding karya asli Cervantes, membaca novel saku ini terasa jauh lebih ringan. Konflik psikologis personal dan antar personal tak mampu terjamah disini. Namun demi memperluas obyek pengagum Don Quixote, mengingat kekagumanku pada karya asli nya, ku selesai menerjemahkan novel saku bergambar ini.

Selasa, 04 Mei 2010

Nothing, JUST love..

Meminjam kalimat pada Dunia Sophie,
"Aku sedang membicarakan tentang menjadi terbiasa dengan segala sesuatu. Sama sekali suram, dengan kata lain."

Hmm..
Tak ingin kembali mengulang kisah cinta Don Quixote..
Tak ingin kembali pada 28 Juli 2003 saat ku menulis:

"Kau juga laki-laki
seperti laki-laki lain
seperti perempuan-perempuan lain
juga manusia

aku saja yang tak pandai mencintai
setiap kali ku merasa sedang mencintai
maka itu adalah pertanda ku akan kehilangan cinta
Itulah mengapa aku memilih kematian

dan pergilah...
anggap aku busuk!"


Hyyeek! opo iku!???
emohhh lahhh...lereeennn...

Ugoran Prasad pada Di Etalase bercerita:
"Kau tahu. Aku menciptakanmu dari napas kering yang bising. Waktu itu, segalanya adalah kecelakaan. Seperti awal mula semesta. Dentuman besar. Di lubang kosmos.”

"Aku tidak ingat.”

“Tentu saja. Kau tertidur saat itu.”

“Kamu dimana?”

“Aku ada disana. Terjaga. Kau melangkah masuk, dan aku semenjak saat itu tak lagi bias berpaling. Kau menjadi kuil.”

“Aku dimana?”

“Disini,” Kara dengan telunjuknya mengetuk keningnya sendiri. “Kita sedang berada disini,” katanya kemudian sembari tak berhenti mengetuk.


Ku tak ingin berhenti disana..di tempat yang mereka tunjuk itu.
James Baldwin berpesan pada kita atas Don Quixote, “We may laugh at his adventures, We may excuse his faults, and we may learn wisdom from his experience..”


Kini ku menyukai hidupku..tanpa cinta yang 'itu'..

Woo..
Kembali pada Dunia Sofie tadi..ahh ternyata nggak suram..
Oooo, Yup! Suram..maka untuk apa bertahan disana..
Untuk apa berlama-lama, bahkan terbiasa disana, bila suram adanya.

Bila begini, apakah ini juga cinta?

Burton's Alice. Burton's Wonderland.


It’s About Alice’s Dejavu. It’s not about Alice’s Dream. Alice memang pernah memimpikan hal ini sepuluh tahun yang lalu.

Alice hanya menangis sekali di kisah ini. Dan ia tak lagi berenang di kolam air matanya.

Pertemuan terakhirnya dengan caterpillar, Alice tak ragu lagi akan pertanyaan: ‘Siapa Dirimu?’. Hingga saat pertarungan melawan Jabberwocky, ia tak lagi mengalami perubahan fisik. Alice tak lagi berubah-ubah membesar dan mengecil. Ia telah berada di ukuran tubuhnya yang sesuai_ menjadi dirinya sendiri.

Meski telah melihat sendiri catatan takdirnya, Alice hanya ingin melakukan sesuatu dengan kesadarannya. Begitulah saat ia memutuskan untuk bertarung melawan Jabberwocky.

Saat ia telah berdamai dengan mimpinya di wonderland, memenangkan satu fase dari impian kehidupannya, Alice dihadapkan pada pilihan untuk tetap disana atau kembali ke kehidupannya. Dan sepertinya, ia memilih tetap menyimpan semangat masa kecilnya sebagai seorang gadis pemberani yang penuh rasa ingin tahu dengan melangkah pada mimpi baru. Alice beranjak dari wonderland!

It's about inspiring of Lewis Carroll's Alice and her wonderland. It's about another nice collaboration of Burton-Depp setelah Edward Scissorhands, Sleepy Hollow, Charlie and the Chocolate Factory,hingga Sweeney Tood: The Demon Barber of Fleet Street.

-Another Awesome Life Stuff-

Meski Lucu, Tetap Saja Getir!



Skenario: Musfar Yasin

Sutradara: Deddy Mizwar
Pemain : Reza Rahadian,Tika Bravani, Asrul Dahlan, Deddy Mizwar, Slamet Raharjo, Jaja Miharja, Tio Pasukodewo, Rina Hasyim, Sakurta Ginting, Sonia.

Tagline: Kalo’ koruptor korupsi, duitnya tetep banyak kenapa? Karena mereka sekolah! Elu cuman copet. Elu gak punya harapan.


Alkisah Muluk, seorang sarjana manajemen yang tak patah arang meski telah hampir dua tahun mencari pekerjaan tetap. Perjalanannya mencari kerja berbuah perkenalan dengan kelompok pencopet yang diketuai oleh Jarot, dan seluruh anggotanya adalah anak-anak di bawah umur. Muluk membaca peluang usaha dalam kelompok itu. Ia berencana mengubah profesi para pencopet itu menjadi para pedagang, dan diawali sebagai pedagang asongan. Dengan restu Jarot, ia mendapat jatah 10% hasil mencopet untuk mengelola keuangan kelompok itu. Dan dalam perjalanan mengelola kelompok pencopet itu, ia mengajak kedua temannya: Syamsul (seorang sarjana pendidikan yang tengah putus asa dan sibuk main gaple di gardu hansip) dan Pipit (anak H. Rahmat yang berharap rejeki nomplok melalui undian-undian berhadiah dan kuis-kuis di TV). Keduanya membantu Muluk untuk memberi pelajaran membaca, agama, budi pekerti, dan kewarganegaraan.


Tahapan demi tahapan mereka lalui. Pun pertentangan-pertentangan pada diri masing-masing individu juga kelompok berhasil mereka lampaui. Bahkan mereka berhasil memiliki aset berupa tabungan uang senilai jutaan rupiah, sebuah motor, dan 6 boks dagangan asongan. Namun seketika mereka harus berpikir ulang tentang apa yang mereka lakukan sesaat datangnya H. Makbul (ayah Muluk), H. Rahmat (ayah Pipit), dan H. Sarbini (calon mertua Muluk) ke markas mereka. Ketiga haji ini berniat mengunjungi tempat kerja anak-anak mereka yang mengaku bekerja di bagian pengembangan sumber daya manusia. Betapa kecewanya mereka mendapati pekerjaan sesungguhnya anak-anak mereka. Betapa sedihnya mereka mengetahui bahwa anak-anak mereka menikmati gaji yang bersumber dari pekerjaan tidak halal. Betapa menyesalnya mereka telah susah payah memberi contoh pada anak-anak mereka untuk menjaga ‘kebersihan’ penghasilan keluarga. Begitupun Muluk dan Pipit, keduanya pun bersedih karena kesedihan dan penyesalan ayah-ayah mereka. Keduanya bersedih telah mengecewakan ayah-ayah mereka. Pun Syamsul, ia sangat bersedih membayangkan harus kembali menjadi manusia tak berguna di gardu hansip lagi.

Setelah sukses dengan Ketika, Kiamat Sudah Dekat dan Nagabonar Jadi 2, kolaborasi Deddy Mizwar-Musfar Yasin ini tak membiarkan kisah Alangkah lucunya (negeri ini) berakhir dengan manis. Meski begitu, seperti halnya ketiga film sebelumnya, film ini pun kental dengan nuansa religi, berkisah tentang realitas kelam masyarakat Indonesia dengan bahasa-bahasa lugas, mengisahkan perjumpaan cara pikir ‘orang tua’ dan ‘orang muda’, persahabatan antara kebutuhan ‘bersuci’ dan desakan ‘mengkhilaf’, dan secara keseluruhan menghindari aroma pesimisme. Ia teramu menjadi tontonan yang menghibur sekaligus getir. Ia berpesan ‘betapa kehidupan tak akan pernah sempurna’. It's not a cinderella story movie yang membuat penonton bernafas lega di akhir cerita.

Saat Muluk tertangkap di atas mobil Satuan Polisi Pamong Praja, aku melihat tatapan matanya mengatakan: Perjuangan belum usai, kawan! :)
 
M a I T I M E - Blogger Templates, - by Templates para novo blogger Displayed on lasik Singapore eye clinic.