
Marisol Valles Garcia, mahasiswi jurusan Kriminologi yang berusia 20 tahun ini di daulat menjadi Kepala Polisi Kota Praxedia Guadalupe Guerrero, Meksiko. “Dia satu-satunya orang yang menerima jabatan itu,” seru pejabat Kota Praxedia. Saat Pemerintah Kota Praxedis mengadakan sayembara bagi masyarakat yang memiliki gagasan tentang bagaimana membuat kota mereka lebih aman, Valles adalah salah satu warga yang merespons. Ia mengungkapkan gagasan mengenai konsep polisi masyarakat dan penerapannya di kota itu. Dewan kota menyukai gagasan Valles, dan menawarinya tugas sebagai Kepala Polisi. Gayung bersambut, karna kebetulan Valles pun adalah satu-satunya pelamar jabatan Kepala Polisi di kota itu. Valles mengemban tugas luar biasa dengan mengepalai 13 polisi lain untuk mengendalikan keamanan kota, yang diantaranya juga mencegah tindak kriminal yang dilakukan geng narkoba.
Kupikir, apa yang ia lakukan cukup istimewa, disaat kebanyakan orang menerima amanat jabatan dengan cara-cara busuk dan saling berebut demi alasan prestigious dan kekuasaan, ia terasa berbeda. Ia bertekad menghadapi geng atauu kartel narkoba itu tanpa senjata. “The Weapons we have are principles and values, which are the best weapons for preventation.” Ujarnya. Ia pun akan memperbanyak merekrut wanita untuk ditempatkan di lingkungannya masing-masing, melakukan pendekatan personal melalui tiap-tiap keluarga, mendeteksi kejahatan yang akan terjadi, serta tindak pencegahan.
Sebuah pilihan tindakan yang tak populer, mengingat peristiwa tewasnya Kepala Polisi Kota Pradexis terakhir yang tertembak di Juli 2009, serta catatan terbunuhnya 12 walikota di Meksiko oleh gang atau kartel narkoba sepanjang 2010, dan tewasnya lebih dari 2500 orang pada periode 1-10 Oktober ini. Kota Pradexis merupakan wilayah dimana persaingan brutal antara geng narkoba Juarez dan Sinalola dalam menguasai satu-satunya jalan bebas hambatan di kota itu, demi penguasaan akses penyelundupan narkoba ke wilayah Texas, AS. Kota kecil ini berbatasan dengan Ciudad Juarez, tempat yang dinobatkan sebagai zona non perang paling berbahaya di muka bumi sekaligus kota dengan pertumbuhan paling pesat di Meksiko, serta masuk wilayah negara bagian Chihuahua yang berbatasan langsung dengan AS, dengan tingkat pembunuhan tertinggi seantero Sombrero.
“We are all afraid in Mexico now. We can’t let fear beat us,” ujarnya. Namun, ia tak memungkiri bahwa dirinya pun tak berbeda dengan Warga Meksiko lain, ia pun merasa takut. “Tapi saya lelah merasa takut. Saya tak mau terus-teusan merasa seperti ini,” serunya. Meski akan dikawal dua polisi lain, perempuan manis nan mungil ini menolak membawa senjata. Ia seperti ingin meneriakkan kekonsistensiannya pada pendekatan feminim yang ia gagas. Pilihan tindakan yang konyol bila ia tidak yakin benar dengan keberhasilan konsepnya, kupikir. Dan kuberharap dia telah sangat yakin. Ouhh, Head On, Senorita!!
Catatan:
Foto diambil dari usatoday.com


Tidak ada komentar:
Posting Komentar